Senin, 28 April 2014

26 April 2014

Tua, berkepala dua.

20 tahun umurku, hmm. Harus sedih atau bahagia? 


Sabtu kemaren, usiaku genap berkepala dua. Menurutku sih usia yang biasa-biasa saja. Mungkin radak minder karena usia yang tak lagi belasan hehe.

Oke,di luar sedih karena sudah tua, di hari itu banyak sekali cerita yang harusnya tak kulupa. Tak akan pernah :)
Begini ceritanya...

Pertama

Pagi-pagi beberapa temenku ngucapin selamat ulang tahun lewat sms. Kasian banget gak ada yang ngucapin tepat pukul 00.00 *mewek
Oke gak papa gak penting juga.Tak sespesial sweet seventeen, yah tiga tahun lalu pastinya :( (lama sekali).
Hari itu tepat banget ada acara di hima alias himpunan mahasiswa dan aku ada di jajaran panitianya.

Pagi-pagi dateng ke kampus nyiapin tuh acara. Bersama sang sekor konsumsi (jabatan koordinator dipegang gua). Kita ngurusin tuh tetekbengek yang berkaitan, berhubungan dan bersaudara dengan yang namanya makanan hehe. Lagi sibuk-sibuknya, temen satu kamarku yang tersayang sms "Paketan bukumu dateng Ris", duh buku yang tiga hari lalu dipesen dengan perjalanan panjang harus pinjem atm karena atmku tak bersaldo akhirnya tiba juga.



Kedua 

Malamnya galau abis, mau pulang kampung atau dateng acara hima. Dan alesannya cuma satu, ada kakak  dateng ke Lampung. Setelah melewati banyak pemikiran, ceileeh..
akhirnya fix dateng acara dan ketemu kakak tahun depan.


Setengah hari terlewati dan surpisenya, kakak mau dateng ke sekitar kampus, duh seneng. Akhirnya bisa berjumpa setelah sekian lama hehe.Walau hanya beberapa menit seenggaknya judul besarnya tetep ketemu. hehe

Ketiga

Acara hari pertama selesai  dan semua panitia berkumpul untuk briefing untuk hari kedua yaitu Minggu.

Konsumsi dapat nomor urut akhir dan saya sebagai koor maju untuk menyampaikan sesuatu. Di tengah-tengan kok ada yang aneh. Apa yang udah konsumsi koordinasikan dengan koor yang lain semua salah.
Udah punya felling sih kalau dikerjain. "Tapi kok kakak tingkat ikut-ikut? emang mereka tahu? Kalau nangis nanti mereka berhasil donk dan endingnya aku kalah, ogah banget".  Tapi tiba-tiba nih suara gak bisa diajak kerjasama, suaraku berubah jadi terbata-bata dan mewek deh.

"Sudah, sudah, cukup" haha... suara temenku satu ini bikin aku bener-bener sadar kalo emang aku dikerjain. 
Apa mau di kata, jatuh harga diriku hehe. Nangis, mewek gak ketulungan. hikshikshiks



Liat tuh foto, malu banget. Pasti mukanya jelek banget deh. Lebih jelek dari nih foto, alay banget nangis sampe gak bisa ngomong. Kayak anak kecil yang mau ikut emaknya ke pasar tapi gak boleh.

Keempat

Pulang ke kosant udah Magrib. Dianter sama temen yang katanya mau pinjem catetan buat UTS. Eh gak taunya sekongkol sama temen kost.
Sampe kosant, lampu mati, kamar digembok.
Masuk kamar, nyalain lampu, kok bau gosong, hahha temen-temenku gagal kasih surpise, gara-gara korek abis. Cekikan "yah gagal".





Kelima


Lagi asik cerita tadi sore dikerjain sampe nangis-nangis, ada telepon dari temen "Ka, pinjem helm". "Oke", ambil helm langsung buka pintu.
Udah tau kamarku lantai dua,  apapun yang terjadi keliatan dari atas. Mereka muter-muter mau parkir motor buat kasih surpise, haha gagal lagi gagal lagi  :-) 



Terimakasih teman-teman yang gak bisa disebutin satu-satu.
Terimakasih atas ingatanmu tentang tanggal 26 April.
Terimakasih atas waktumu, tenagamu, biayamu.

Doaku, doamu, doa kalian "amin".
Thanks for all :-) 

Kamis, 24 April 2014

Menjaga Bumi dengan Teknologi Ramah Lingkungan

Selasa, 22 April diperingati sebagai Hari Bumi. Memperingati Hari Bumi bertujuan untuk selalu mengingatkan kepada kita tentang pentingnya menjaga bumi kita. Menjaganya agar tetap seimbang.

Perayaan Hari Bumi di rayakan dengan berbagai macam cara. Salah satunya, sore Selasa lalu saya melihat segerombolan mahasiswa yang melakukan aksi di lampu merah menuju Universitas Lampung untuk mengingatkan masyarakat tentang Hari Bumi dan juga esensi dari peringatan Hari Bumi itu sendiri. Terlihat beberapa mahasiswi menggunakan atribut berbentuk pohon yang dijadikan bando. Ada juga yang membawa miniatur gajah dan bumi.

Mereka hanya sebagian dari banyak manusia di bumi yang masih peduli dengan kondisi bumi kita. Kesadaran untuk menjaga keseimbangan kehidupan di bumi semakin hari semakin krisis. Berbagai teknologi yang tercipta selalu menyelipkan dampak buruk pada kondisi bumi kita. Alih-alih ingin mempermudah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya, beberapa teknologi malah dikembangkan tanpa memperhatikan dampaknya pada lingkungan.

Setiap tahun berita pemanasan global selalu dikabarkan memburuk. Lapisan ozon sudah berlubang di beberapa bagiannya. Es di kutub mencair lebih cepat. Sampah plastik semakin tak terkendali. Pencemaran air dan udara semakin tinggi. Pembakaran hutan semakin merajalela.

Alam telah memberikan banyak keuntungan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun, sayangnya masih banyak manusia yang tak tahu terimakasih. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan teknologi-teknologi yang memerlukan bahan bakar ataupun sumber daya yang sulit dan tidak dapat diperbaharui. Misalnya, motor dan mobil.

Mengingat sumber daya yang digunakan dapat habis dan butuh waktu lama untuk mendapatkannya kembali, maka kini mulai dikembangkan teknologi ramah lingkungan. Teknologi seperti ini diharapkan bisa meminimalkan dampak-dampak buruk terhadap lingkungan. Dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Di Indonesia sendiri telah dikenalkan beberapa teknologi ramah lingkungan. Diantaranya yaitu, mobil listrik, sepeda, sepeda listrik, dan solar cell. Meskipun begitu, untuk penggunaannya sendiri masih kurang oleh masyarakat.

Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, Indonesia mempunyai sumber energi cahaya matahari yang melimpah. Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan teknologi solar cell.

Desa Pahawang menjadi salah satu tempat di Indonesia yang telah memanfaatkan teknologi ini. Hampir seluruh rumah-rumah warga dipasangi oleh panel surya. Benda berbentuk kotak yang berwarna hitam pada permukaan atasnya ini dipasangkan di atap-atap rumah dan masjid. Ada yang memasang satu, dua, bahkan lebih dari tiga.


Ukuran panel surya yang digunakan tidak terlalu besar. Desa Pahawang ini memang jauh dari pusat kota. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit dari pusat kota  untuk sampai ke sini. Bukan jalan darat saja yang harus ditempuh, kita harus menyebrang dengan perahu untuk sampai ke Pulau Pahawang. Mungkin jalur tempuh ini yang mendasari dipilihnya penggunaan teknologi solar cell sebagai alat untuk mendapatkan energi listrik. Melalui alat ini, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik.

Biasanya di siang hari warga tidak akan menggunakan aliran listrik yang dikumpulkan dari panel surya. Mereka hanya menggunakannya untuk keperluan malam hari. Mulai pukul 5 sore sampai subuh. Hanya ada segelintir warga yang menggunakannya untuk kebutuhan disiang hari. Biasanya mereka yang berjualan es, tetap akan menggunakan aliran listriknya sepanjang hari.

Penggunaan teknologi solar cell di Indoesia masih perlu ditingkatkan lagi. Saat ini penggunaannya masih sebatas untuk daerah-daerah yang memang tidak terjangkau oleh petugas PLN untuk memasang tiang-tiang listrik. Di daerah perkotaan, penggunaannya lebih banyak pada lampu lalu lintas. Bahkan untuk lampu taman saja belum begitu dikembangkan untuk menggunakan teknologi solar cell.

Kebutuhan daya listrik yang tinggi di daerah perkotaan ataupun daerah-daerah tempat tinggal disekitar perkotaan masih dianggap belum bisa digantikan dengan teknologi solar cell. Padahal saat ini, negara maju seperti Jepang pun tengah mengembangkan teknologi solar cell. Semoga teknologi ramah lingkungan seperti ini lebih dikembangkan lagi di negri ini. 



foto dokumen pribadi.

Sabtu, 19 April 2014

Kok bisa?

Mengapa sebuah pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan?
Apakah biar ada awal dan akhir?
Apakah biar ada pembukaan dan penutup?

Maniskah? burukkah pertemuan itu?
Maniskah? burukkah perpisahan itu?

Pertemuan yang terlalu cepatkah?
Perpisahan yang terlalu cepatkah?
Semua misteri.


huuh, kalo bahas yang satu ini agaknya semua orang pernah ngalamin. Malah pernah mampir dan singgah, bener gak? hehe
Gak usah malu kalo mau bilang iya :D

 Apalagi itu terjadi pas zaman SMA, duh pasti itu unyu-unyu banget plus alay gak ya ? hahaha

Sebagian orang sebel banget tuh sama namanya perpisahan, alias putus.
Tau sebel masih diulangi sampe berkali-kali dan berbagi-bagi *ups.

Awal, duh indah banget kayak dunia milik mereka.
Tengah, hahha mulai piring-piring pada pecah.
Akhir, byeee :P

Dan anehnya kalo dulu awal temenan bahkan udah kayak sahabat pas udah akhir bisa ya gak saling kenal.
what's wrong? kenapa harus menjauh? kenapa harus canggung? kenapa harus ada jarak?
hmmm.

Jalan masih panjang teman, kuliah, wisuda, kerja. Fokus dulu ke pendidikan aje biar hati tentrem haha. Gak ribet kalo belum sms, belum nelpon dan belum-belum yang lainnya.
Jadikan semua sebagai teman, dari pada nanti endingnya malah jadi musuh.
Biar kedewasaan yang kan menuntun kita mendapatkannya, jangan dibikin main-main nanti mah nangis *hikshiks

Gak iri sama mereka yang tak membuang-buang waktu hanya untuk sekedar status tanpa ikatan?


Minggu, 13 April 2014

Sekarang loh :-D

Dulu-dulu, sekarang-sekarang. Katanya sih gitu.
Sampe ada lagunya segala lagi,  
aku yang dulu bukanlah yang sekarang..  
jreng jreng jreng :D

Banyak segi yang menjadikan dulu dan sekarang memang bener-bener berbeda. Dan yang menarik perhatian adalah anak-anak.

Anak-anak sekarang saya akui pinter-pinter apalagi Bahasa Inggrisnya.
Pulang sekolah les, privat, khursus dan teman-temannya gimana gak pinter coba?
Pegangannya aja sekarang gadget, baru Sd eh Tk udah pegang BB, tablet dan android. Saya? *gak punya
 Apalagi kalo orang tua berkecukupan, tinggal bilang a b c d. Enak banget deh hehe.

Gak boleh main di luar. Nanti  ujan, panas, semi, gugur duren, rambutan dan keluarganya *hehe
Kalo orangtuanya pergi dikasih gadget dari pada maen di luar, terus anaknya browsing. Apa yang di cari? kurang tau tuh . Mereka dikasih yang instan-instan. Yaiyalah semua ada di om google :-)

Dulu? mana ada. Dikasih tugas buat cari berapa jumlah kaki belalang aja harus ke sawah dulu cari belalang. Sekarang?  tinggal hidupkan laptop, buka web browser dan ketikan pada kolom search "jumlah kaki belalang".
Yakin deh gak sampe satu menit tuh yang dicari udah nonggol.

Keren banget...
memang, pasti mah kalo itu. Tapi emang gak ada yang kurang ya?
terus main benda-benda mahal itu dengan usia yang sekecil itu gak sayang? sayang uang, waktu, dan kehanggatan.
Kehanggatan yang ada bukan cuma karena keluarga tapi juga karena lingkumgan. Di keluarga saja orang tua pegang gadget, anak-anak pegang gadget asik dengan dunianya masing-masing terus mana komunikasinya?  

Mereka harusnya lebih asik main lari-larian dengan teman-teman mereka. Main petak umpet, bola, kelereng dan banyak banget permainan yang cocok buat usia mereka. Tidak diam dalam rumah, dan gak ada sosialisasinya.

 Yang kecil udah kayak dewasa pakek dempul dimana-mana. Biar menang lomba model, lomba nyanyi dan lomba-lomba yang bakal bikin mereka dibanggain orang tua mereka kalo menang.

Semuanya baik, buat anak berpengetahuan luas, melatih percaya diri mereka. Tapi akan lebih baik lagi kalau mereka punya dunia mereka.
Tidak menyalahkan siapa-siapa, ada yang lebih tau tentang baik dan buruknya anak-anak mereka.

just opinion :-)

Jumat, 04 April 2014

Biarlah

Manusia terlahir tidak sama, jenisnya pun sudah berbeda dan isi dari kepala mereka pun beda-beda. Namanya juga beda, yang satu emak satu babe aja beda apalagi yang gak satu? hahaha....

Hal yang wajar juga kalo setiap apapun ada perbedaan yang harusnya kuncinya itu dimusyawarahkan atau didiskusikan untuk menjadi sama. Dari a sampai z, dari 1 sampai 10.

Sama bukan berarti harus mirip atau persis. Sama tujuan dengan cara yang berbeda adalah keindahan tersendiri. Maksudnya berbeda jalan bisa jadi berbeda hasil yang tujuannya tetap sama.
Jangan menghakimi orang lain dengan cara pandang sendiri, lihat dari sudut pandang yang lain. Mengerti akan orang lain bahwa ya memang isi kepala beda-beda.

Baik bagiku belum tentu baik bagimu, buruk bagiku belum tentu buruk  bagimu.



Kamis, 03 April 2014

Coba Nyoret

Nikmatnya mereka yang bisa leluasa menggoreskan penanya di atas putihnya kertas dan menggerakkan jarinya di atas lucunya tombol-tombol dikeyboard,  menuangkan ide-idenya, imajinasinya kedalam sebuah tulisan, huh iri banget :-(

Ngebaca tulisan -tulisan mereka, bikin ngucap "gile keren" apalagi yang ngena banget di hati. Dari sekedar tulisan oret-oret ataupun yang udah di post sama mereka di blog. Dari cuma satu kata sampai panjang kata yang mereka buat, itu keren boy :D

Ngomongin blog, duh nambah iri aje. Banyak yang keren dan masalahnya saya tidak termasuk di dalamnya *nangis.
Gak pinter, gak ahli dan gak gak gak kuat (ups *hehe)
Udah bikin blog tapi sekedar bikin dan mungkin malah udah luntur tuh catnya karena gak pernah dipake :D

Dipaksa dan memaksakan diri buat mengarahkan diri ke jalan yang lurus haha, eh maksudnya menggerakkan pena dan jari buat nulis sesuatu. Intinya apa yang bisa ditulis.(**ngenes).
Jauh dari kata bagus dan teman-temannya.
Tak apa, sebagai pemula mungkin dimaklumin kali ya?haha ngeles aje mah.
Huh sangat sangatsedang yang namanya belajar.
Besok lagi, nulis lagi :-)
(Bukan nulis, sekedar nyoret-nyoret)


** menderita

Pages