Jumat, 20 Maret 2015

Minggu


Matahari menampakkan senyum
Kuning kemerah-merahan, masuk lewat celah jendela kamar
Minggu, akhirnya

Minggu,
apa kabar?
Aku kembali menemuimu
Aku kembali menghabiskan waktu denganmu
Entah siapa yang memulai
Entah siapa yang mengajak
Aku atau kamu, Minggu

Kita asik bercanda
Memberikan waktu rehat untuk kepala
Tetiba hadir pertanyaan yang sama
Siapa yang memulai?
Siapa yang mengajak?
Mungkinkah aku yang menunggu?

Aku rasa begitu

Kamis, 05 Maret 2015

Aku Penulis Sejarah

 

Aku mulai menulis sejarah. Entah sejak kapan, catatan-catatan itu ada di belakangku. Mengikutiku.


Catatan sejarahku tidak kutulis dengan rapi di bukuku. Ingatanku. Aku lebih suka random.


Aku punya hak untuk memutarnya menggunakan rekamanku. Aku juga punya hak untuk memilih bagian mana yang ingin aku putar. Berkali-kali. Atau tidak akan pernah lagi. Dalam urusan ini aku punya hak untuk memilih.


Ahaku pula yang melabeli mereka dengan tulisan tanganku. Sedih. Kecewa. Suka. Bahagia. Itu terserah denganku. Hak penuh bagiku.


Sejarahku bahagia. Inginku. Untuk sampai ke titik itu, aku harus berhati-hati dalam segala hal. Berkata, bertingkah, dan berhati-hati dengan hati. Kita yang menanam butir-butir cinta, benci, iri, dengki, dan semua tanaman hati.


Aku ingin memperindah sejarah hidupku. Tak hanya bingkai tapi rupa. Menyenangkan harus berakhir menyenangkan, bukan menyesatkan.


Kamu tahu maksudku :-)


Yang Terlupakan

Sinar matahari datang pagi ini.
Aku tahu, kamu sudah biasa melihat pancarannya di kelopak matamu. Hujan semalam, gelap semalam sudah terganti.

Kita tahu, matahari punya sejuta sinar. Matahari selalu datang, saat kita masih terlelap dalam mimpi. Aku, kamu, dan matahari. Siapa yang lebih dulu membuka mata?
Matahari datang menyapa, membuat terang.

Aku heran, kenapa ada orang yang membencinya. "Hari ini terlalu panans !."

Ahh, tak kau lihatkah kesungguhan matahari?
Tak kau lihatkah kesabaran matahari?
 Kita ada di antaranya.

Kita tak pernah melihatnya menangis bukan? Matahari pun tak pernah iri meskipun bulan di malam itu selalu di puja.
Bahkan, saat dia sabar menunggu waktu untuk bertemu dengan semesta. Bertemu dengan segala hal di bawah langit.

Tak kau ingatkah saat hujan deras melanda? Matahari akan datang menjadi kebanggaan. Kau mengakuinya bukan? Kau bahkan yang memintanya untuk datang dengan cepat.
Membuat dingin menjadi hangat.

Kau tak lupa, bukan?
Apa kau hanya mengingatnya saat kau perlu?

Sudah kuduga. Aku tahu itu.

Senin, 02 Maret 2015

Berjanjilah


Hati
Bisakah kau sepakat dengan ucapku?
Bisakah kau mendukung ucapku?
Aku tahu, kau mungkin terlalu peka, terlalu melow, bahkan mungkin mendramalisir keadaan

Untuk kali ini, bisakah kau sepakat denganku?

Tidak ada yang tahu tentang kau
Mereka hanya mendengar ucapku

Lelahku harus bergulat denganmu
Mata ini, telinga ini, melaporkan segalanya kepadamu
Ucapku, bahkan ragaku tak dapat mencegahnya

Berjanjilah, kauada dipihakku

Pages